Minority
Gak penting sih, tapi pengen cerita aja.
Dulu selama masa Tk dan SD karena aku selalu ada di angkatan yang muridnya sedikit, sehingga tidak begitu terlihat mana yang mendominasi dan tidak. Kami cenderung bermain bersama dan tidak begitu memperlihatkan perbedaan.
Kupikir tidak akan jauh beda di SMP, tapi ternyata ada yang berbeda.
Awalnya aku seruangan dengan orang-orang yang sangat dekat denganku, bahkan aku memberi mereka sebagai bentuk rasa syukur dan juga pengingat agar setelah berganti ruangan kami akan tetap bersama. Tapi ternyata tidak semudah itu, begitu berpindah ruangan masing-masing dari kami memiliki kesibukan masing-masing, ada yang jadi lebih sering bermain di ruangan lain, ada yang bermain di ruangannya terus, akhirnya aku memilih memfokuskan diri dengan bersosialisasi dengan ruanganku yang baru. Mereka semua baik dan menyenangkan, aku memberi mereka hadiah di akhir masa seruangan, dan kami berpisah ruangan lagi.
Perubahan yang terus menerus dan aku yang cenderung memiliki habbit yang berbeda membuatku seringkali melakukan hal-hal sendiri. Tentu saja sendiri disini bukan sendiri secara kelihatannya, aku terus memiliki teman beraktivitas tapi seperti pergi ke masjid, aku akan pergi sendiri, bertemu dengan orang disana dan mengobrol sebentar lalu fokus pada kegiatan masing-masing, begitupula makan, dibeberapa kesempatan aku akan makan bersama teman-teman seruanganku tapi terkadang juga aku akan pergi makan sendiri lalu bisa jadi makan sendiri atau bisa juga bergabung dengan yang lain.
Hingga aku ada di titik yang belum juga menemukan teman yang cocok, akhirnya aku memiliki teman dekat dari kelompok hafalan ku, lalu aku yang suka bawa mainan, mengajak mereka bermain board games bersama. Dari situlah aku menemukan kecocokan kami. Kami yang gak begitu mendominasi, cenderung bersenang-senang dengan dunia sendiri dan meng-kesampingan keseragaman dan mempertahankan perbedaan.
Di titik itu juga, setelah banyak hal terjadi, aku lebih tenang dan tidak begitu berharap akan sesuatu. Tentu rasa sayang dan rasa kebersamaan akan tetap ada, tapi bahkan kalo suatu hari nanti mereka tidak seperti yang aku bayangkan ( Atau memang harus seperti itu, kalo sesuatu terus berjalan sesuai apa yang kita pikirkan, kita tidak akan belajar har baru) atau ketika aku harus melepas mereka aku sudah lebih tenang, aku lebih menerima keadaan daripada sebelumnya.
Dan, Alhamdulillah, aku bersyukur karena kami adalah orang yang saling peduli dan saling melindungi. meskipun aku dan mereka tidak begitu mendominasi, tapi kami memiliki cara sendiri untuk bersenang-senang. Kami memiliki perbedaan, banyak sekali perbedaan, tapi meskipun begitu kami selalu berusaha menghargai satu sama lain, walau kadang agak kesal, tapi kami berusaha untuk saling mengalah di kondisi-kondisi tertentu, itu yang membuat perbedaan apapun tidak menjadikan pandangan kami menjadi berbeda terhadap satu sama lain.
Kadang kami bersenang-senang dengan pergi ke warnet ( Bayangkan ada warnet 2.000/ jam di zaman ini), lalu kami mencoba berbagi board game, menjelajahi kuliner dan pasar, juga pergi subuh-subuh hanya untuk mengikuti Car Free Day, dan kami berjalan-jalan untuk menemukan barang-barang lucu atau berbelanja bersama untuk keperluan bulanan seperti kebanyakan anak asrama.
Alhamdulillah, setelah aku lulus aku masih bisa berkontak dengan semua teman-temanku karena social media, tapi yang lebih penting adalah meskipun kini kami memiliki sekolah yang berbeda dan tentu saja dengan banyak perbedaan dalam diri kami, kamu masih tetap memangdang sebagaimana kami memandang satu sama lain ketika masih bersama, dengan setiap pembicaraan dan candaan yang tetap hangat dan manis.
Gak perlu jadi minoritas, gak perlu terlalu bersinar, kalo memang itu bukan style kamu, tapi cobalah untuk menerima diri apa adanya, mencintai dan menyayangi orang-orang yang ada di sekitarmu karena pertemuan kalian adalah pertemuan yang juga telah ditakdirkan Allah SWT. , jadi sekali lagi mari bersyukur atas orang-orang yang ada di sekitar kita dan ucapkan Alhamdulillah.
Dulu selama masa Tk dan SD karena aku selalu ada di angkatan yang muridnya sedikit, sehingga tidak begitu terlihat mana yang mendominasi dan tidak. Kami cenderung bermain bersama dan tidak begitu memperlihatkan perbedaan.
Kupikir tidak akan jauh beda di SMP, tapi ternyata ada yang berbeda.
Awalnya aku seruangan dengan orang-orang yang sangat dekat denganku, bahkan aku memberi mereka sebagai bentuk rasa syukur dan juga pengingat agar setelah berganti ruangan kami akan tetap bersama. Tapi ternyata tidak semudah itu, begitu berpindah ruangan masing-masing dari kami memiliki kesibukan masing-masing, ada yang jadi lebih sering bermain di ruangan lain, ada yang bermain di ruangannya terus, akhirnya aku memilih memfokuskan diri dengan bersosialisasi dengan ruanganku yang baru. Mereka semua baik dan menyenangkan, aku memberi mereka hadiah di akhir masa seruangan, dan kami berpisah ruangan lagi.
Perubahan yang terus menerus dan aku yang cenderung memiliki habbit yang berbeda membuatku seringkali melakukan hal-hal sendiri. Tentu saja sendiri disini bukan sendiri secara kelihatannya, aku terus memiliki teman beraktivitas tapi seperti pergi ke masjid, aku akan pergi sendiri, bertemu dengan orang disana dan mengobrol sebentar lalu fokus pada kegiatan masing-masing, begitupula makan, dibeberapa kesempatan aku akan makan bersama teman-teman seruanganku tapi terkadang juga aku akan pergi makan sendiri lalu bisa jadi makan sendiri atau bisa juga bergabung dengan yang lain.
Hingga aku ada di titik yang belum juga menemukan teman yang cocok, akhirnya aku memiliki teman dekat dari kelompok hafalan ku, lalu aku yang suka bawa mainan, mengajak mereka bermain board games bersama. Dari situlah aku menemukan kecocokan kami. Kami yang gak begitu mendominasi, cenderung bersenang-senang dengan dunia sendiri dan meng-kesampingan keseragaman dan mempertahankan perbedaan.
Di titik itu juga, setelah banyak hal terjadi, aku lebih tenang dan tidak begitu berharap akan sesuatu. Tentu rasa sayang dan rasa kebersamaan akan tetap ada, tapi bahkan kalo suatu hari nanti mereka tidak seperti yang aku bayangkan ( Atau memang harus seperti itu, kalo sesuatu terus berjalan sesuai apa yang kita pikirkan, kita tidak akan belajar har baru) atau ketika aku harus melepas mereka aku sudah lebih tenang, aku lebih menerima keadaan daripada sebelumnya.
Dan, Alhamdulillah, aku bersyukur karena kami adalah orang yang saling peduli dan saling melindungi. meskipun aku dan mereka tidak begitu mendominasi, tapi kami memiliki cara sendiri untuk bersenang-senang. Kami memiliki perbedaan, banyak sekali perbedaan, tapi meskipun begitu kami selalu berusaha menghargai satu sama lain, walau kadang agak kesal, tapi kami berusaha untuk saling mengalah di kondisi-kondisi tertentu, itu yang membuat perbedaan apapun tidak menjadikan pandangan kami menjadi berbeda terhadap satu sama lain.
Kadang kami bersenang-senang dengan pergi ke warnet ( Bayangkan ada warnet 2.000/ jam di zaman ini), lalu kami mencoba berbagi board game, menjelajahi kuliner dan pasar, juga pergi subuh-subuh hanya untuk mengikuti Car Free Day, dan kami berjalan-jalan untuk menemukan barang-barang lucu atau berbelanja bersama untuk keperluan bulanan seperti kebanyakan anak asrama.
Alhamdulillah, setelah aku lulus aku masih bisa berkontak dengan semua teman-temanku karena social media, tapi yang lebih penting adalah meskipun kini kami memiliki sekolah yang berbeda dan tentu saja dengan banyak perbedaan dalam diri kami, kamu masih tetap memangdang sebagaimana kami memandang satu sama lain ketika masih bersama, dengan setiap pembicaraan dan candaan yang tetap hangat dan manis.
Gak perlu jadi minoritas, gak perlu terlalu bersinar, kalo memang itu bukan style kamu, tapi cobalah untuk menerima diri apa adanya, mencintai dan menyayangi orang-orang yang ada di sekitarmu karena pertemuan kalian adalah pertemuan yang juga telah ditakdirkan Allah SWT. , jadi sekali lagi mari bersyukur atas orang-orang yang ada di sekitar kita dan ucapkan Alhamdulillah.
Comments
Post a Comment